12 Maret 2012

Shes surprised for Dana's surprise

   "Mana nih, yang katanya janji jam 9 udah ngumpul disini." salah satu pesan dari Daru. Watchaaa! Aku baru bangun jam 09.15, sedangkan kami punya janji pukul 9 di rumah Ribo. Gak banyak mikir, aku langsung terharus menyelesaikan urusan rumah yang mestinya selesai pukul setengah delapan jika aku bangun pagi, paling tidak pukul 6. Aku gak sarapan, langsung saja mengencangkan laju kendaraan ke rumah Ribo. Disana hanya ada Mei dan Anna. Aku sampai jam setengah sebelas, bagaimana bisa mereka tampak santai memaafkanku. Rupanya Ribo, Daru, Hamdhi, Biyak, Rama sudah enggan menungguku (mungkin). Mereka sudah berpindah tikar ke rumah Rama.
   Aku, Anna dan Mei mengatur siasat. Kami limpahkan kepada para lelaki untuk membuat sebuah papan ucapan yang terbuat dari streoform. Meskipun kami tahu kalau mereka benar-benar kurang kreatif dan inisiatif jika disuruh orang. Langsung saja kami bertiga ke sebuah Mall terkenal di kota.
   Tiap blok yang kami jajaki, untuk mencari kado terbaik banget buat orang yang feminin banget. Salahnya, kami bertiga tidak cukup feminin. Harusnya kami mengajak orang luar yang benar-benar handal untuk hal ini. Misalnya, kami masuk ke toko tas dan dompet yang cukup terkesan mewah. Aku bergidik ngeri. Bagaimana bisa remaja seusiaku mengenakan semua ini dengan pedenya berlenggok di depan umum, termasuk di sekolah. Entahlah, aku sempat berfikir kalo aku kuno, kuper, dan paranoid stadium empat. Hampir sama halnya dengan kedua sahabatku ini. Anna, dia sering bergumam sendiri,"what the hell, seperti ibu-ibu yang empat puluhan umurnya,". Mei, dia agak normal dibanding aku dan Anna. Saat itu dia bercerita kalau dia ingin hadiah untuk Dana, tas yang simpel. Jalan pikirannya memang mudah terbuka dan dinamis akan perubahan zaman, aku pikir. Tapi dua menit kemudian kami keluar dari bilik itu tanpa tas di tangan.
  Akhirul balada pencarian kado. Kami dapatkan sesuatu-sesuatu yang sangat sesuatu. Kami masukkan mereka ke kotak papermilk dan menulis pada kartu ucapan "HBD DANA!wish you all the best". Kami lapar. Otak kami mengerang kesulitan untuk berfikir jika kami hanya menyerah pada kelaparan.
   Mei memang wanita sejati. Dia mengajak aku dan Anna untuk transit ke hypermart, menemani ia membeli keperluannya. Tatkala dia membeli semacam pembersih wajah dan sejenisnya. Aku sama sekali tidak berminat. Aku dan Anna minggat ke tempat persediaan bayi, ada sesuatu yang harus dibeli, untuk Emak Anna. Jangan pernah berfikir kalo Emaknya bayi, itu salah.
   Mei juga manusia dermawan. Dermawan pada perutnya sendiri. Setelah aku dan Anna membayar pizza bun, dia malah mengajak kami untuk makan di KFC. Sebenarnya aku laper banget, tapi udah beli yang lain, mocca float udah cukup banget. Kami bertiga makan-minum dengan sedikit bersuara pada awalnya. Tapi semakin akhir, semakin pula bangkit citra penggosip yang ada pada diri setiap wanita. Waktu itu ada rerombongan chineese di dekat kami. Gaya bicara dan gaya mereka, asli mengingatkan kami pada Chibi dan Smash. Sampai-sampai kami membicarakan tentang kesipitan pada mata mereka. Sungguh bukan omongan yang bermutu, tapi kadang menghibur.
   Perut kenyang siap mensuplai energi ke otak kami. Akhirnya kami bisa berfikir dengan normal lagi. Kami langsung menyusul ke rumah Rama. Tampang mereka semua kusut. Aku baru sadar rupanya sudah pukul setengah satu. Sepertinya mereka baru bangun tidur, tak ingin kutanyakan, aku ingin menjaga image pahlawan yang saat itu mengembani kami bertiga sesudah membeli kado. Cukup cool.
   Kami ber... *ngitung dulu*. Kami bertujuh langsung melesat ke toko kue untuk membeli tart. Rama gak ikut. Ribo dan Biyak kayanya kesasar. Kami berlima cuek. Sesudah tart ditangan, kami langsung konvoi ngebut ke rumah Dana. Anna ahlinya. Aku kurang mengerti siapa dia. Aku sempat berfikir Balotelli merasukinya, maksudku Simoncelli.
   Rumah dana agak selip, karna jalannya yang menurun. Kami memarkirkan si kuda di bawah pohon, tiga rumah dari rumahnya Dana. Untunglah kami sahabat yang baik, kami berlomba untuk menghubungi Biyak dan Ribo, kenapa tidak kunjung ada. Rupanya benar, mereka tidak melihat kami ke toko kue. Langsung saja mereka ke Rumah Dana. Ketika sampai, takdidapatinya kami disini. Mereka pulang. OH kenapa mereka tak menelpon atau sms kami terlebih dahulu untuk mencari tahu posisi kami dimana. Atau paling tidak, jika mereka tidak punya pulsa, tunggulah kami barang sebentar saja, temanku.
   Inilah puncak 11 Maret 2012, surprise buat teman kami, Dana. Sengaja kami tak mengucapkan selamat ulang tahun sebelumnya. Aku tahu dia benar terharu, dia grogi untuk mengucapkan terima kasih kepada kami. Zhu ni shengri kuaile, temanku sayang. Tetaplah menjadi Dana yang kami kenal. Wish you all the best, as you wish. Kau ingat tentang permainan memanen wortel di komputer sekolah? Sungguh hebat bagaimana seorang lelaki terus saja berusaha untuk mengabulkan permintaan kekasihnya sambil berkata, "As You Wish". Kekasihnya perempuan, lho. Jangan bilang kalau kau menduganya homoseksual.

0 komentar:

Posting Komentar